Mahasiswi IKS FISIP USU Dampingi Pemuda dalam Mengatasi Kendala Belajar Online

Mahasiswi IKS FISIP USU Dampingi Pemuda dalam Mengatasi Kendala Belajar Online

topmetro.news – Kasus Covid-19 yang terus menerus meningkat hingga sekolah tatap muka terus ditunda pelaksanaannya mendatangkan berbagai respon dari anak-anak sekolah. Ada yang mengeluhkan bahwa sekolah online itu membuat mereka kehilangan motivasi serta minat dalam belajar, adapula yang justru senang karena punya waktu lebih banyak untuk berada di rumah.

Sebagai seorang Mahasiswi Praktikum Dua Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU Clara yang di Supervisori oleh Bapak Fajar Utama Ritonga S.Sos M.Kesos, mencoba untuk melakukan assesment terhadap beberapa anak tersebut dengan melaksanakan sebuah mini project. Ia melaksanakan praktikum dari bulan Maret hingga Juni kepada anak-anak pemuda di Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue.

Pemuda di sini adalah salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh gereja. Persekutuan pemuda hanya akan menjadi tempat berkumpulnya pengurus dan teman-teman pengurus. Dalam kebersamaan tersebut harus ada tujuan yang jelas, visi yang jelas. Sesuatu yang ingin dicapai bersama sebagai kerinduan bersama sebagai hasil dari share visi dari pemimpinnya. Ada kalanya, kegiatan pemuda ini berisikan sharing menganai permasalahan serta kekhawatiran yang mereka rasakan. Dari sinilah saya, mengambil peran sebagai mediator, di mana saya memiliki “fungsi kekuatan ketiga” untuk menjembatani antara anggota kelompok dan sistem lingkungan yang menghambatnya.

Dalam proses observasi dan assesment kepada remaja dengan umur berkisar 13-17 tahun, diketahui bahwa masalah terbesar yang dihadapi saat ini adalah pendidikan yang sulit di masa pandemi. MT (17) serta adik-adiknya yakni RT(16), UT(15), dan IT(13) salah satu anak yang saya wawancarai menyampaikan bahwa ia tinggal sedikit jauh dari daerah kota dan kadang cukup sulit baginya untuk mendapatkan sinyal. Ada juga TS(14), TH(14), dan GH(13) yang mengaku bahwa mereka keseringan bermain game online hingga lupa waktu.

Teori yang digunakan oleh Clara adalah dari Siporin (1975), dimana Pekerjaan sosial didefinisikan sebagai metode kelembagaan sosial untuk membantu orang, untuk mencegah dan memecahkan sosial mereka, untuk memulihkan dan meningkatkan keberfungsian mereka

Dalam hal ini, metode yang digunakan untuk membantu kelompok tersebut adalah metode Group Work yakni:

  • Intake dan Contract, yaitu kontak awal antara saya dengan anak-anak yang berakhir dengan kesepakatan untuk terlibat dalam keseluruhan proses.
  • Assesment, di tahap ini saya mencoba untuk mendapatkan data-data serta informasi dari klien dengan cara wawancara
  • Planning, pada tahap ini saya membuat perencanaan bagi MT, RT, dan UT yang kesulitan untuk mendapat sinyal, berupa membeli kartu perdana yang sinyalnya kuat atau untuk sementara pindah ke lokasi yang dapat menjangkau sinyal. Dan bagi TS, TH, dan GH, agar mereka membuat jadwal dan mengurutkan semua aktifitas mereka selama satu hari supaya mereka lebih bisa dalam membagi waktu.
  • Intervensi, adalah tahapan untuk memberikan pendampingan dan melihat perubahan apa saja yang telah terjadi bagi klien.
  • Terminasi, ini adalah tahapan terakhir di mana dilakukannya pemutusan hubungan dengan klien karena telah berakhirnya proses intervensi dan klien telah mendapatkan pemecahan dari persoalannya.

Setelah proses terminasi, MT beserta adiknya mengatakan bahwa mereka sudah tidak memiliki kendala sinyal lagi dalam mengikuti kegiatan sekolah daring. TS dan yang lain juga berkata bahwa mereka melakukan kegiatan mereka dengan lebih terjadwal dan teratur. Selain melakukan mini project bagi anak-anak pemuda tersebut, Clara juga melakukan PKL di Dinas Sosial Kabupaten Simeulue, 23891, Ameria Bahagia, Simeulue Tim., Kabupaten Simeulue.

Penulis: Clara Cindy Angellia
Mahasiswi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fisip USU

Related posts

Leave a Comment